INDONESIA kaya akan khasanah budaya, termasuk dalam bentuk
cerita-cerita rakyat yang melegenda. Entah bagaimana cerita-cerita itu
dapat “meninggalkan jejak” yang hingga kini dapat kita saksikan dan kita
kunjungi, seolah kisah-kisah itu benar adanya, bukan sebuah takhyul
yang mengemuka akibat keberadaan tempat-tempat itu.
Dari segi pariwisata, tentu saja tempat-tempat yang berkaitan dengan
legenda itu dapat mendatangkan income yang tidak sedikit, karena
tempat-tempat itu menjadi obyek yang yang ramai dikunjungi wisatawan
domestik dan mancanegara.
Nah, untuk menambah khasanah pengetahuan kita tentang objek wisata di
Indonesia yang berlatar belakang legenda, inilah tempat-tempat itu.
Siapa tahu, jika Anda belum pernah ke tempat-tempat itu, Anda akan
memasukkannya dalam daftar tempat wisata yang akan Anda kunjungi.
Datanya dihimpun dari berbagai sumber.
1. Batu Gantung, Sumatra Utara
Konon,
zaman dahulu kala di tepi Danau Toba hidup sepasang suami istri dengan
seorang anak perempuannya yang cantik jelita. Namanya Seruni. Sayang,
meski banyak pemuda yang menyukai Seruni, dan gadis itu telah memilih
salah seorang dari mereka sebagai kekasihnya, suami istri itu telah
menjodohkan Seruni dengan seorang pemuda yang masih sepupunya Seruni
sendiri.
Suatu hari, Seruni melamunkan nasibnya di pinggir Danau Toba dengan
ditemani anjing peliharaannya yang bernama Toki, dan memutuskan untuk
bunuh diri dengan cara menerjunkan diri dari tebing yang curam. Ia lalu
berjalan menuju tebing yang dimaksudkannya, namun sebelum tiba di sana
dia terperosok ke dalam sebuah lubang yang terdapat di sebuah batu
besar, dan tak dapat keluar dari sana.
Seruni memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di lubang itu, dan
berteriak; “Parapat, parapat!” yang artinya “Merapat, merapat!”
Tujuannya agar lubang pada batu itu merapat dan menghimpit tubuhnya
hingga ia tewas. Keinginan Seruni terkabul.
Maka, jika Anda ke Parapat, sebuah kota kecil di Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara, Anda akan menemukan sebuah batu besar yang
menyerupai tubuh seorang gadis yang seolah-olah sedang menggantung di
tepi tebing. Oleh masyarakat setempat, batu itu disebut Batu Gantung,
dan hingga kini menjadi salah satu objek wisata andalan Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Simalungun yang ramai dikunjungi wisatawan domestik
dan
mancanegara.
Konon, nama Kota Parapat berasal dari kata terakhir yang disebutkan Seruni, sebelum gadis itu meninggal.
2. Tangkuban Parahu, Jawa Barat
Banyak
ilmuwan yang menyatakan bahwa Gunung Tangkuban Perahu merupakan sebuah
gunung berapi aktif yang tercipta akibat proses alam selama ribuan,
bahkan jutaan tahun. Namun bagi masyarakat Jawa Barat, gunung yang
berjarak sekitar 25-30 kilometer di utara Kota Bandung dan berketinggian
2.084 meter dari permukaan laut (dpl) itu muncul di permukaan Bumi
bukan akibat proses alam, melainkan karena kesaktian Sangkuriang.
Konon, dahulu kala, ada seorang wanita cantik bernama Dayang Sumbi.
Ia hidup di tengah hutan bersama anaknya yang bernama Sangkuriang. Suatu
hari, Dayang Sumbi menyuruh Sangkuriang berburu rusa karena ia ingin
sekali memakan dagingnya. Sayang, rusa yang diburu Sangkuriang gagal
didapatkan, sehingga karena tak ingin mengecewakan ibunya, Sangkuriang
membunuh Tumang, anjing peliharaan ibunya yang menemani ia berburu, dan
mempersembahkan dagingnya kepada sang Ibu.
Dayang Sumbi marah sekali setelah tahu apa yang dilakukan Sangkuriang
itu karena Tumang ternyata penjelmaan ayah Sangkuriang sendiri. Ia
memukul kepala Sangkuriang hingga bercucuran darah, dan kemudian
mengusir Sangkuriang dari rumah.
Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang tumbuh dewasa yang tampan dan
gagah, tanpa sengaja kembali ke hutan tempat dimana ibunya tinggal, dan
menemukan Dayang Sumbi yang masih saja terlihat muda dan cantik. Ia
jatuh cinta, dan cintanya terbalas karena Dayang Sumbi pun tak tahu
kalau Sangkuriang adalah anaknya.
Suatu hari, saat mereka sedang bercengkrama, Dayang Sumbi melihat
luka di kepala Sangkuriang, dan segera mengetahui kalau pemuda yang
sedang memadu kasih dengan dirinya, adalah anaknya sendiri. Ia syok dan
memutuskan hubungan mereka. Sangkuriang marah, dan ngotot untuk tetap
menikahi Dayang Sumbi, meski kemudian Dayang Sumbi memberitahu kalau ia
adalah ibu kandung Sangkuriang sendiri.
Tak kehabisan akal, Dayang Sumbi kemudian menyatakan bahwa ia
bersedia dinikahi asalkan Sangkuriang mampu membuatkannya sebuah telaga
dan sebuah perahu dalam satu malam. Sangkuriang menyanggupi. Dengan
dibantu jin, Sangkuriang nyaris mampu memenuhi permintaan Dayang Sumbi,
namun Dayang Sumbi lagi-lagi tak kehabisan akal. Ia menebar kain boeh
rarang (kain putih hasil tenunannya), dan dalam sekejap mata kain itu
mengeluarkan cahaya bagaikan cahaya fajar di ufuk timur. Cahaya itu
membuat jin-jin yang membantu Sangkuriang, mengira hari telah pagi dan
buru-buru pergi, meninggalkan pekerjaannya yang hampir rampung.
Sangkuriang marah sekali ketika tahu siasat Dayang Sumbi itu. Ia lalu
menendang perahu yang telah dibuatnya, dan perahu itu kemudian jatuh
dalam keadaan menelungkup dan berubah menjadi gunung yang hingga kini
kita kenal dengan nama Gunung Tangkuban Perahu.
Delama 2 abad terakhir, gunung yang menjadi ikon pariwisata Jawa
Barat ini telah beberap kali meletus, yakni pada 1829, 1846, 1862, 1887,
1896, 1910, dan 1929.
3. Candi Prambanan, Yogyakarta
Inilah
candi yang memiliki bentuk sangat anggun dan menjadi salah satu ikon
budaya Indonesia. Candi ini juga merupakan candi Hindu terbesar di Asia
Tenggara.
Konon, dahulu kala ada seorang pemuda sakti mandraguna yang ingin
menikahi seorang putri cantik bernama Roro Jonggrang. Namanya Bandung
Bondowoso. Pemuda ini beruntung karena ayah sang putri yang merupakan
seorang raja, merestui perasaannya, dan bahkan memaksa sang Putri agar
menikahi pemuda itu. Namun, sang putri enggan.
Roro Jonggrang kemudian memberi satu syarat kepada Bandung yang
disebutnya sebagai mas kawin, yakni meminta dibangunkan 1.000 buah candi
yang harus telah rampung dalam semalam, sebelum ayam berkokok menjelang
fajar menyingsing. Bandung menyanggupinya.
Menjelang dinihari, 999 candi telah dibuat, sehingga Roro Jonggrang
panik dan meminta para wanita agar memukul lesung (alat penumbuk padi),
sehingga ayam-ayam terbangun dan berkokok. Meski belum dinihari.
Bandung Bondowoso marah karena tahu telah dicurangi Roro Jonggrang.
Ia lalu mengubah putri itu menjadi batu yang kini kita kenal dengan nama
Candi Prambanan, atau Candi Roro Jonggrang menurut warga setempat.
Sementara candi-candi lain yang teklah dibuat Bandung Bondowoso dan
berada di sekitar Candi Roro Jonggrang dinamakan Candi Sewu atau Candi
Seribu.
4. Danau Toba, Sumatera Utara
Jika
ditinjau dari kaca ilmu pengetahuan, Danau Toba merupakan sebuah kawah
vulkanik berukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang
tercipta dari hasil ledakan gunung sekitar 75.000 tahun silam. Namun
bagi penduduk setempat, danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara
ini terbentuk karena dilatari sebuah legenda.
Konon, dahulu kala ada seorang pemuda miskin bernama Toba yang hidup
dari bertani dan menangkap ikan di sungai. Suatu hari, ia menangkap
seekor ikan mas yang dapat berbicara sebagaimana layaknya manusia. Ikan
itu kemudian dibawa pulang, dan menjadi seorang gadis yang amat cantik.
Menurut pengakuan gadis itu, dirinya adalah seorang bidadari bernama
Mina yang dikutuk para dewa, sehingga berubah menjadi ikan, dan meminta
Toba untuk tidak membocorkan rahasia ini kepada siapapun. Toba bersedia
asalkan Mina mau menikah dengannya, dan Mina setuju. Maka, menikahlah
mereka, dan dikaruniai seorang anak bernama Samosir.
Suatu hari, Mina menyuruh Samosir mengantarkan makan siang untuk Toba
di ladang. Samosir menolak, namun karena Mina memaksa, Samosir terpaksa
menurut.
Di tengah jalan, karena lapar, Samosir memakan sebagian besar nasi
dan lauk pauk untuk Toba, sehingga ketika dia tiba di ladang, dia bukan
hanya terlambat, tapi juga makanan Toba tinggal sedikit. Toba marah
besar dan memukuli anak semata wayangnyanya itu sambil mengatakan; “Anak
kurang ajar! Betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari
ikan!”
Samosir menangis dan bergegas pulang. Ia mengadu kepada Mina, dan
menyampaikan apa yang dikatakan Toba. Mina terkejut dan merasa sangat
kecewa karena Toba telah melanggar janji. Ia menerjunkan diri ke sungai
dan kembali menjadi ikan. Tak hanya itu, air sungai meluap dan hujan
turun dengan sangat deras, sehingga lembah dimana Toba tinggal,
tenggelam. Air juga menggenangi desa-desa di sekitarnya, dan air tak
surut lagi sehingga terciptalah sebuah danau besar yang kini kita kenal
dengan nama Danau Toba.
Konon, Toba tak dapat menyelamatkan diri dari banjir besar tersebut,
dan dari tengah danau itu kemudian muncul sebuah pulau yang kini kita
kenal dengan nama Pulau Samosir.
Danau Toba berjarak sekitar 176 kilometer dari Medan. Danau ini
merupakan salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan,
karena pemandangannya yang indah.
5. Danau Tolire, Ternate
Danau
ini berada di kaki Gunung Gamalama, sekitar 10 kilometer dari pusat
Kota Ternate. Danau ini memiliki bentuk yang unik. Jika dilihat dari
udara, danau ini seperti mangkok yang menjorok ke dalam.
Dari pinggir atas tepi danau hingga ke permukaan, airnya memiliki
kedalaman sekira 50 meter. Namun, kedalaman danau secara tepat tidak ada
yang mengetahui karena belum ada yang pernah mengukurnya. Warga
setempat percaya, danau ini tidak memiliki dasar, sehingga tidak ada
yang berani menyelaminya.
Konon, bila Anda melempar sesuatu ke Danau Tolire, meski sekuat
apapun lemparan Anda dari tepi danau, sesuatu itu takkan pernah
menyentuh air danau itu. Meski, air permukaan danau terlihat tidak
begitu jauh dari Anda.
Banyak mitos yang berkembang di Danau Tolire. Mitos yang paling
banyak dibicarakan adalah kisah mengenai seorang anak dan ayah
kandungnya.
Konon, menurut cerita masyarakat setempat, di tempat Danau Tolire
berada saat ini, dulunya adalah sebuah kampung. Namun, kampung ini
kemudian dikutuk oleh Sang Penguasa Alam karena ada seorang ayah yang
tega menghamili anak gadisnya sendiri.
Tempat si ayah tersebut berdiri ambles ke tanah dan kini menjadi
tempat Danau Tolire Besar. Sedangkan anaknya berubah menjadi Danau
Tolire Kecil, yang berada tak jauh dari situ.
6. Pantai Air Manis, Sumatera Barat
Pantai ini berada di Kota Padang. Panoramanya indah dengan ombak bergulung-gulung yang sangat pas untuk berselancar.
Pasir pantai ini berwarna coklat keputih-putihan, terhampar luas dan
landai. Dari waktu ke waktu, terutama di akhir pekan dan hari libur,
wisatawan membanjiri pantai ini untuk sekedar berekreasi, kemping atau
berselancar.
Konon, pantai ini terkait erat dengan legenda Malin Kundang, anak yang durhaka kepada ibunya sendiri, dan dikutuk menjadi batu.
Malin mulanya anak orang miskin yang tinggal bersama ibunya di sebuah
kampung. Suatu hari, Malin merantau karena ingin menjadi orang kaya
raya, dan meninggalkan ibunya seorang diri. Bertahun-tahun kemudian,
Malin kembali sebagai seorang saudagar kaya raya dengan istri yang
cantik jelita. Sayang, karena malu melihat ibunya yang miskin dan
berpakaian compang-camping, ia tak mengakui ibunya itu. Bahkan sang Ibu
diusir dari kapalnya yang megah.
Sakit hati karena perlakuan anaknya yang durhaka, Ibu Malin Kundang
berdoa kepada Tuhan dan mengutuk anaknya itu agar menjadi batu. Kutukan
itu terjadi. Malin, istri, kapal, dan semua anak buahnya berubah menjadi
batu. Hingga kini, batu penjelmaan mereka masih dapat dilihat di Pantai
Air Manis yang berjarak sekitar 15 km dari kota Padang.