Kotamadya Palembang yang juga berstatus sebagai
ibukota Provinsi Sumatra Selatan merupakan salah satu kota tua di
Indonesia. Menurut prasasti bertarikh 683 Masehi yang ditemukan di Bukit
Siguntang di sebelah Barat kota Palembang sekarang, maka kota ini
dibangun oleh Dapunta Hyang Srijayanasa beserta 20.000 bala tentaranya.
Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan mempergunakan bahasa Melayu kuno itu menyebutkan bahwa permukiman bernama Sriwijaya didirikan 17 Juni 683 Masehi sehingga tanggal tersebut dibakukan menjadi hari jadi kota Palembang yang diperingati tiap tahun.
Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air yang bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Mungkin karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang menamakan kota ini sebagai Palembang dalam bahasa Melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah atau juga berarti lembah akar yang membengkak karena lama terendam air. Sementara menurut bahasa Melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air sehingga Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Palembang kini menjadi kota industri dan perdagangan yang cukup sibuk. Sungai Musi membelah kota yang berhawa panas ini menjadi dua bagian yaitu Seberang Ilir yang berada di Utara Sungai Musi dan Seberang Ulu yang berada di Selatan sungai. Ibukota provinsi ini juga merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan dan kota terbesar ke-enam di Indonesia setelah Semarang.
Acara wisata yang paling meriah di Palembang adalah Lombu Bidar yaitu balapan perahu yang diadakan di Sungai Musi setiap tanggal 17 Agustus. Sebuah perahu bidar panjangnya bisa mencapai 25 m yang dapat memuat 60 orang pendayung.
Jembatan Ampera yang memiliki dua menara besar adalah simbol utama kota Palembang. Jembatan ini dibangun oleh Jepang dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 dalam saatu acara yang sangat meriah.
Pada saat itu, Ampera adalah Jembatan terpanjang di Asia Tenggara dan badan jembatan yang terletak diantara dua menara dapat dinaikan dan diturunkan agar dapat dilalui oleh kapal besar, tetapi informasi pariwisata nusantara Sumatera Selatan sekarang sudah macet.
Di sudut antara Jl. Jend Sudirman dan Jl. Merdeka berdiri dengan megah Masjid Agung, salah satu peninggalan Kesultanan Palembang yang dibangun oleh Sultan Machmud Badaruddin I pada tahun 1740, Kawasan di sekitar Masjid Agung ini dulunya merupakan ibukota kerajaan Islam Palembang.
Kesultanan Palembang ini selalu menentang Belanda hingga rajanya yang terakhir Sultan Ahmad Najamuddin menyerah dan dibuang ke Banda Neira pada tahun 1825.
Museum Sultan Machmud Badaruddin II yang menghadap ke Sungai Musi berada di sebelah Barat dari ujung Utara Jembatan Ampera. Bangunan museum ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1823 di lokasi bekas istana Sultan Palembang yang hancur karena serangan pasukan Belanda.
Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan mempergunakan bahasa Melayu kuno itu menyebutkan bahwa permukiman bernama Sriwijaya didirikan 17 Juni 683 Masehi sehingga tanggal tersebut dibakukan menjadi hari jadi kota Palembang yang diperingati tiap tahun.
Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air yang bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Mungkin karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang menamakan kota ini sebagai Palembang dalam bahasa Melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan. Sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah atau juga berarti lembah akar yang membengkak karena lama terendam air. Sementara menurut bahasa Melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air sehingga Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.
Palembang kini menjadi kota industri dan perdagangan yang cukup sibuk. Sungai Musi membelah kota yang berhawa panas ini menjadi dua bagian yaitu Seberang Ilir yang berada di Utara Sungai Musi dan Seberang Ulu yang berada di Selatan sungai. Ibukota provinsi ini juga merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan dan kota terbesar ke-enam di Indonesia setelah Semarang.
Acara wisata yang paling meriah di Palembang adalah Lombu Bidar yaitu balapan perahu yang diadakan di Sungai Musi setiap tanggal 17 Agustus. Sebuah perahu bidar panjangnya bisa mencapai 25 m yang dapat memuat 60 orang pendayung.
Jembatan Ampera yang memiliki dua menara besar adalah simbol utama kota Palembang. Jembatan ini dibangun oleh Jepang dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964 dalam saatu acara yang sangat meriah.
Pada saat itu, Ampera adalah Jembatan terpanjang di Asia Tenggara dan badan jembatan yang terletak diantara dua menara dapat dinaikan dan diturunkan agar dapat dilalui oleh kapal besar, tetapi informasi pariwisata nusantara Sumatera Selatan sekarang sudah macet.
Di sudut antara Jl. Jend Sudirman dan Jl. Merdeka berdiri dengan megah Masjid Agung, salah satu peninggalan Kesultanan Palembang yang dibangun oleh Sultan Machmud Badaruddin I pada tahun 1740, Kawasan di sekitar Masjid Agung ini dulunya merupakan ibukota kerajaan Islam Palembang.
Kesultanan Palembang ini selalu menentang Belanda hingga rajanya yang terakhir Sultan Ahmad Najamuddin menyerah dan dibuang ke Banda Neira pada tahun 1825.
Museum Sultan Machmud Badaruddin II yang menghadap ke Sungai Musi berada di sebelah Barat dari ujung Utara Jembatan Ampera. Bangunan museum ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1823 di lokasi bekas istana Sultan Palembang yang hancur karena serangan pasukan Belanda.
Bangunan museum yang memiliki
perpaduan arsitektur traditional Melayu dengan arsitektur kolonial
Belanda ini pertama kali digunakan sebagai tempat kediaman pejabat
Belanda.
Benteng Kuto Besak
memiliki dinding setinggi 3 meter ini dibangun oleh Sultan Palembang
pada tahun 1797 dan dibangun selama 17 tahun. Pembangunan benteng
dimaksudkan untuk menahan serangan pasukan Belanda yang berulangkali
mencoba menguasai Palembang. Benteng Kuto Besak itu kini dikuasai Kodam
II Sriwijaya dan RS Dr A.K. Gani.
Museum Sumatera Selatan
juga patut dikunjungi, terletak sekitar 5 km dari pusat kota di jalan
raya yang menuju ke bandara. Di dalamnya terdapat koleksi peninggalan
sejarah dari masa kerajaan Sriwijaya dan periode sebelumnya, seperti
sejumlah patung-patung batu megam misterius dan dataran tinggi Pasemah
yang merupakan peninggalan manusia yang hidup
pada 1.500 hingga 2.000 tahun yang lalu.
pada 1.500 hingga 2.000 tahun yang lalu.
Di museum ini terdapat Batu Gajah
yang menggambarkan seorang perwira perang yang membawa genderang sedang
menunggangi gajah. Patung Batu Gajah merupakan peninggalan zaman
megalit yang paling terkenal.
Tempat-tempat lainnya yang bisa dikunjungi di kota Palembang adalah Hutan Wisata Punti Kayu,
kawasan hutan pinus yang ditata menjadi taman dan dilengkapi dengan
berbagai sarana rekreasi keluarga dan arena bermain anak-anak serta toko
cinderamata.
Langkahkan kaki Pula ke Bukit Siguntang
yang tingginya 27 meter dari permukaan laut. Pada zaman Sriwijaya
merupakan tempat suci bagi penganut agama Budha dan di bukit ini pernah
hidup 1000 pendeta sehingga tempat ini seakan dikeramatkan.
Di
bukit ini pada tahun 1920 ditemukan arca Budha yang berasal dari abad
XI Masehi dan keunikan lainnya di puncak bukit ada kuburan kuno yang
dikeramatkan penduduk yaitu makam Sigentar Alam yang dijadikan tempat
bersumpah para peziarah.
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
berlokasi di Karanganyar, Kecamatan Ilir Barat II, Kotamadya Palembang.
Selain ada replika prasasti Kedukan Bukit yang merupakan tonggak
sejarah lahirnya Kerajaan Sriwijaya. Taman yang dibagun di atas situs
arkeologi Karanganyar ini untuk mengapresiasikan nilai-nilai budaya dan
memperkuat kepribadian, kebanggaan anak bangsa.
Kawah Tekurep
adalah nama sebuah kompleks makam Sultan Mahmud Badaruddin I. Salah
seorang dari raja Palembang yang memerintah pada abud 18. bangunan ini
mempunyai atap dari beton yang berbentuk kawah tertelungkup. Kawah
adalah sejenis kuali besar yang dipergunakan untuk memasak. Kompleks
makam ini terletak di 3 ilir dekat pelabuhan boom baru dan terbuka untuk
umum setiap hari.
Obyek wisata lainnya di kota Palembang adalah Taman Purbakala Ki Gede Ing Suro
yang terletak di 3 ilir Palembang merupakan pekuburan Islam dari
pertengahan abad ke-16. Di dalam kompleks tersebut terdapat 8 bangunan
yang berisi 38 kuburan. Diantaranya makam Ki Gede Ing Suro yang
merupakan cikal bakal raja-raja Palembang.
Salah satu obyek wisata yang dapat dikunjungi sambil menyusuri Sungai Musi adalah Pulau Kemaro,
sekitar 5 km sebelah hilir Jembatan Ampera yang merupakan sebuah pulau
kecil (delta) di tengah Sungai Musi. Di pulau ini terdapat vihara atau
klenteng Cina dan sebuah kuburan puteri yang konon dikirim dari Cina
untuk dikawini dengan Raja Sriwijaya. Namun sebelum sempat kawin sang
puteri terlanjur tewas tenggelam di Sungai Musi, jenazahnya dikuburkan
di Pulau Kemaro ini. Dalam perayaan Cap Go Meh, ribuan masyarakat
keturunan Cina termasuk yang datang dari berbagai kota bahkan dari luar
negeri berkunjung ke pulau Kemaro untuk melakukan sembahyang atau
berziarah.
Dataran Tinggi Pasema
terletak diantara lahat dan Pagaralam adalah kawasan perlindungan budaya
dan alam karena disini ditemukan sejumlah batu-batu megalit misterius
yang berasal dari zaman purba. Sejumlah patung-patung batu ataupun
susunan batu-batu besar (menhir) cukup banyak ditemui di wilayah ini
yang berasal dari manusia yang hidup sekitar 3.000 tahun yang lalu.
Sumber : Buku Informasi Pariwisata Nusantara Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar